Kematianlah Yang Menjadi Pemisah Antara Aku Dan Rabb-ku -->
"membaca dan menulis adalah caraku untuk melupakan segala kecamukan kesedihan didalam hati"

We Nyilik Timo Datang, Batara Guru Gembira

Advertisemen


12)      We Nyilik Timo Datang, Batara Guru Gembira

Belum selesai ucapan Batara Guru sudah muncul pula We Nyilik Timo lengkap dengan usungannya di atas permukaan laut di tengah busa air. Puluhan ribu rombongannya memakai sarung berwarna. Dari jauh tampak dengan jelas We Nyilik Timo berkalungkan cahaya kilat, berbaju sutra sulaman benang emas. Melihat kedatangan tersebut, Batara Guru tiba-tiba merasakan sesuatu yang lain pada dirinya. Ada sesuatu yang terasa membebani pundaknya, entah apa penyebabnya.

Bagaikan bara menyala payung keemasan yang menaungi We Nyilik Timo terapung-apung di atas permukaan air. Alangkah senang hati Batara Guru Sang Manurung menyaksikan sepupu sekalinya. Batara Guru kemudian menyuruh anak Dewata datang menemui Sri Paduka Tuannya. Batara Guru tetap berada di tempatnya menyaksikan para pengawalnya berenang menjemput calon istrinya.

Belum selesai ucapan Manurungnge bersamaanlah semua anak raja berenang ke arah ratu pertuanannya. Namun, setiap kali mereka mendekat selalu dihempas oleh gelombang hingga terdampar kembali ke pantai. Melihat ketidakmampuan mereka mencapai usungan, akhirnya Batara Gurulah yang turun berenang menemui sepupu sekalinya. Usaha Batara Guru berenang menjemput calon permaisurinya. Ternyata dilaluinya tanpa menemui  hambatan. Dalam waktu sekejap, tibalah ia di dekat usungan tumpangan We Nyilik Timo. Alangkah gembiranya Batara Guru seraya berpegang paba usungan We Nyilik Timo. Usungan tumpangan calon istrinya itu kemudian ditarik menuju ke pantai. Setelah tiba di pantai betapa terpukau hati Batara Guru menyaksikan kecantikan sepupunya yang tiada bandingannya. Dalam hati yang teramat gembira ia pun mensyukuri pertolongan Dewata Langit dan Dewata Dunia Bawah atas restunya mengirimi calon pendamping di Bumi.

Batara Guru lalu mengajak paduka adindanya agar berkenan berangkat ke istana kerajaan manurung di Ale Luwuk. la pun menyanjung We Nyilik Timo, "Adinda tiada yang menyamai kecantikanmu. la dikirim oleh kedua orang tua mulianya sebagai penghuni istana kemilau, menjadi pemilik negeri di Kerajaan Bumi." We Nyilik Timo tidak menjawab sepatah kata pun ucapan sepupu sekalinya. Dengan menyembah Tenritalunruk dan Apung Ritoja lalu menyampaikan kepada adinda Sri Ratu, "Lapangkanlah perasaan serta ringankan dirimu, kita berangkat menuju ke istana manurung di Ale Luwu."

Janganlah kita tinggal di pinggir laut dihempas angin dan diterpa bayu. Disinari matahari dan dikerumuni mata memandang. Seusai perkataan sepupunya, diangkatlah usungan keemasan We Nyilik Timo yang muncul di Busa Empong dan kemudian disusul oleh usungan keemasan Manurungnge. Sungguh ramai upacara kerajaan di Busa Empong yang bertaut dengan upacara kahiyangan langit Manurungnge di Ale Lino. Perjalanan mereka menuju istana manurung berlangsung sangat meriah. Hanya sekejap saja kedua anak Dewata yang menjelma jadi manusia di Bumi sudah sampai di halaman istana.

Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 Ishak - All Rights Reserved - Distributed By Artworkdesign - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger