Advertisemen
16) Batara Guru Mendambakan Putra
Mahkota
Pada
saat-saat bahagianya menyaksikan anak- anaknya itu, Batara Guru tiba-tiba
dirasuki rasa sedih. Dia lalu berpaling seraya berkata kepada Permaisuri We
Nyitik Timo yang amat dicintainya, "Ada terasa duka dalam hatiku."
Batara Guru juga menyampaikan, "Sudah lama Permaisuriku berada di Istana
Manurung Kerajaan Bumi, tetapi belum juga aku memiliki keturunan." Paduka
Batara Guru selanjutnya menyampaikan kepada istrinya, "Aku tidak mau
diganti oleh bangsawan campuran. Oleh sebab itu, bangsawan murni yang
kuinginkan mewarisi kerajaanku."
Menjawablah
We Nyilik Timo yang muncul dari Dunia Bawah kepada suami sepupunya,
"Sedangkan kakanda masuk juga merasa duka dalam hati duo keturunanku, walaupun
sudah lebih sepuluh keturunannya, apalagi saya betapa merana hatiku, karena tidak
seorang pun keturunanku. "Berpaling Batara Guru Sang Manurung yang
menjelma di bambu betung, mengusap-usap istri sepupu sekalinya seraya
menyampaikan rasa sayangnya kepada Ratu Yang Muncul. Batara Guru selanjutnya
memohon agar ia tetap di istana manurung Ale Luwuk Kerajaan Bumi." Selanjutnya,
Paduka Raja berkata kepada We Nyilik Timo, "Walaupun ratusan jumlah
keturunanku, namun bukan mereka yang kuharapkan untuk mengganti kedudukanku
kelak." la lalu menyampaikan kepada istrinya, "Satu-satunya yang akan
menggantikanku menduduki tahta Kerajaan Manurung di Bumi adalah anak Sang
Permaisuri tercinta, meskipun saya harus bersabar menungguh datangnya rahmat
dari Sang Dewata di Langit dan dari Dunia Bawah.
Advertisemen