Kematianlah Yang Menjadi Pemisah Antara Aku Dan Rabb-ku -->
"membaca dan menulis adalah caraku untuk melupakan segala kecamukan kesedihan didalam hati"

Batara Guru Naik Boting Langi

Advertisemen


14)      Batara Guru Naik Boting Langi

Tegak bulu roma Batara Guru Sang Manurung. Gemetar sekujur tubuhnya melinat hamparan padi yang sedang menguning. Dengan segera Batara Guru  menggapai pelangi dan kemudian dilaluinya naik ke Kerajaan Langit. Sesampainya di Boting Langi dan setelah mendapat restu dari penjaga istana, maka menghadaplah di hadapan Patotoe. Dengan rasa yang tidak menentu, Batara Guru menghadap seraya menyembah di hadapan orang tuanya "tuhan penentu nasib." (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.)

Setelah dipersilakan duduk oleh Paduka Ibundanya, dia kemudian menyembah tiga kali, bertanyalah Patotoe kepada Batara Guru, "Apa gerangan maksud Batara Guru datang ke Kerajaan Langit, padahal semua pusakanmu sudah habis diturunkan ke Bumi." Setelah mendengar ucapan Paduka Ayahandanya, maka duduklah termenung Batara Guru tanpa menjawab,sepatah kata pun.

"Tuhan sang penentu nasib" Patotoe (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) kemudian mengingatkan, "Janganlah engkau bolak-balik ke Kerajaan Langit karena hal itu akan mengurangi kekeramatan negeri di Senrijawa (Kerajaan Langit). Dia lalu berkata lagi kepada putranya "Engkau telah menjadi manusia, sedangkan diriku Tuhan. (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) Menyembah sambil berkata Batara Guru "Benar ucapan Sri Paduka. Memang diriku ini, manusia, sedangkan Sri Paduka adalah Tuhan (Dewata). (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) Setelah menjawab, Batara Guru kembali diam. Lalu berucap, "Ada pun sebabnya hamba ke Kerajaan Langit, bermaksud ingin menyampaikan bahwa We Saung Nriu melahirkan bayi perempuan yang kuberi nama We Oddang Nriu. Namun, usianya hanya tujuh hari, kemudian ia meninggal. Dicarikanlah hutan lebat Gunung nan tinggi dan hulu sungai lalu dibuatkan makam tempat bersemayam rohnya. Tiga malam setelah meninggalnya hamba dicekam rasa rindu. Hamba lalu keluar ke makamnya wahai Sri Paduka. Alfan tetapi, entah apalah gerangan yang terhampar berwarna-warni di sekitar kuburannya." Selanjutnya ia menambahkan, "Tidak ada sedikit pun perbukitan atau lembah yang tidak dipenuhinya." Setelah mendengar pembicaraan anaknya, Patotoe kemudian berkata, "Itulah yang dinamakan Sangiang Serri (Ratu Padi). Anakmu yang meninggal itu menjelma menjadi padi." Patotoe lalu menyuruh Batara Guru agar segera turun ke Bumi        dan meminta agar sesampainya di Bumi          nanti   ia segera memetik padi tersebut dan membawanya ke istana. Hanya padi tersebut jangan dulu dimakan.

Setelah keduanya selesai berbicara, maka "tuhan penentu nasib" (bukan Allah           Swt.,            melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) menyuruh Sangiang Mpajung menemani Batara Guru turun ke Bumi, dan meminta bahwa setelah Batara Guru sampai di Bumi, engkau gantungkan pelangi di sudut langit supaya tidak bolak-balik Batara Guru ke Kerajaan Langit. Mendengar perintah "tuhan penentu nasib"     (bukan Allah            Swt. Melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) kepada Sangiang Mpajung, Batara Guru tidak berkata sepatah kata pun. la hanya duduk termenung menjelang jDerpisah dengan kedua orang  tuanya.

Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 Ishak - All Rights Reserved - Distributed By Artworkdesign - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger