Kematianlah Yang Menjadi Pemisah Antara Aku Dan Rabb-ku -->
"membaca dan menulis adalah caraku untuk melupakan segala kecamukan kesedihan didalam hati"

Batara Guru Ke Dunia Bawah

Advertisemen


7)      Batara Guru Ke Dunia Bawah

Pada waktu Batara Guru sampai di pinggir sungai, tiba-tiba ia melihat air. Untuk mengobati rasa hausnya maka ia turun ke sungai, lalu minum air sungai. Ketika Batara Guru hendak naik dan ingin kembali ke bambu betung tempat tidurnya terlihat olehnya buaya penguasa telaga berpakaian warna kuning. Dengan menengadah, Penguasa telaga mempersilakan Manurungnge naik ke punggungnya. Buaya tersebut menyampaikan, "Aku akan mengantar Batara Guru berkunjung ke Urik Liu, Kerajaan Dunia Bawah, agar kamu bertemu dengan sepupu sekalimu."

Setelah mendengar ajakan Sang Buaya, maka Manurungnge pun naik di punggung Penguasa telaga. Tidak lama dalam perjalanannya menuju ke Kerajaan Dunia Bawah, akhirnya sampailah ia di Urik Liu. Sesampainya di dunia bawah, turunlah Batara Guru dari punggung Sang Buaya lalu berjalan-jalan di Toddang Toja. Kebetulan sekali dalam perjalanannya itu, ia menemui anak raja di Peretiwi sedang berkumpul. Mereka berkumpul untuk menyabung ayam andalannya masing-masing.

Batara Guru yang dijadikan tunas di Bumi berdiri termenung menyaksikan para penyabung silih berganti tampil di gelanggang keemasan. Sambil berdiri memandang di dekat pagar berkata dalam hati Batara Guru, "Kecil-kecil rupanya orang di sini, dan semua keriting rambutnya." Tampaknya Batara Guru baru pertama kali melihat sosok manusia yang hidup di Kerajaan Dunia Bawah yang berbeda dengan turunan "tuhan penentu nasib" (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) di Kerajaan Langit.

Pada saat itu pula Batara Guru tiba-tiba dirundung kesedihan karena dirinya mengenang kembali masa-masa bahagianya bermain dan manyabung ayam di Boting Langi. Kebetulan sekali Linrung Talaga membuka jendela istana dan menyaksikan sepupu sekalinya Batara Guru berdiri sejajar dengan pagar istana Sao Sellik Kerajaan Dunia Bawah. Seraya menyembah dia lalu menyampaikan kepada Sri Paduka ayahandanya bahwa dia melihat orang langit yang sama rupanya dengan sepupu sekalinya yang ditempatkan menjadi tunas di Bumi.

Dengan rasa senang hati, Guru Risellek bersama dengan permaisuri langsung menyuruh putranya agar segera turun memanggil kakak sepupunya. Turunlah segera Linrung Talaga dan langsung memegang lengan sepupunya seraya berkata, "Sri Paduka mengharapkan kakanda naik ke istana Sao Seltik yang megah." Setelah mendengar perkataan adik sepupunya, maka Batara Guru Sang Manurung pun menyetujuinya.

Kemudian, melangkahlah Batara Guru sambil bergandengan tangan dengan sepupu sekalinya. Mereka berdua lalu naik dengan menyusuri tangga berukir sambil berpegang pada susuran tangga kemilau. Mereka terus melangkah melintasi ambang pintu keemasan dan menyusuri lantai papan gemerlap. Mereka melangkah terus hingga masuk dengan melewati sekat tengah dan membelakangi ambang pintu. Hanya sekejap saja, Batara Guru sudah sampai di bilik istana tempat pamannya beristirahat.

Senang sekali Sinauk Toja melihat kedatangan kemanakannya. Sambil menengadah, lalu ia mempersilakan Batara Guru {La Togek Langi) duduk di atas tikar keemasan. Menghadaplah Batara Guru Sang Manurung seraya sujud menyembah di hadapan calon Ibu mertuanya. Sambil menunduk, Sinauk Toja lalu membuka celana keemasan kemudian menyodorkan sirih yang telah ditumbuk kepada kemanakannya. Seraya tersenyum, Sinauk Toja bertanya, "Apa gerangan maksud kemanakanku berkunjung atau turun ke Kerajaan Dunia Bawah (Toddang Toja). Dia menanyakan, "Apakah Batara Guru ingin kawin dan bersanding di pelaminan dengan sepupu sekalimu lalu membawanya naik ke Kerajaan Bumi?"

Setelah mendengar pertanyaan calon mertuanya, menunduk sejenak Manurungnge lalu menjawab, "Sekiranya Paduka Tuanku mengizinkan, maka nanti setelah hamba berada di Bumi barulah Tuan menaikkan calon istriku." Saat ucapannya selesai, Batara Guru lalu menoleh ke kiri dan ke kanan, namun tidak dilihatnya sepupu sekalinya yang ingin dikawini. Perasaan Batara Guru mulai tidak nyaman dan ia pun ingin segera kembali ke Bumi karena merasa jengkel tidak berjumpa dengan calon permaisurinya.

Linrung Talaga meminta sepupunya bermalam di Toddang Toja supaya bisa merasakan nikmatnya makanan orang Toddang Toja, Kerajaan Dunia Bawah. Namun, Batara Guru menolaknya dan mengatakan, ”Aku akan kembali ke Bumi dahulu untuk memasrahkan diri pada ketentuan To Palanroe "tuhan maha pencipta." (bukan Allah Swt., melainkan dewa yang dipertuhankan, Editor.) Dengan perasaan yang kurang senang, Batara Guru memutuskan untuk segera kembali ke Bumi.
Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 Ishak - All Rights Reserved - Distributed By Artworkdesign - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger