Advertisemen
Lontara
Yang Sebenarnya
Seseorang
yang ingin mengenal watak dan karya-karya orang dimasa lalu perlu lebih dahulu
mempelajari dan memahami lontarak sebagai sumber asli, karena lontarak adalah
pencerminan dari kehidupan orang zaman dulu.
Arti lontarak
Dikalangan orang-orang terdapat bermacam-macam keterangan tentang arti
lontarak, diantaranya ialah :
Kata
lontarak berasal dari nama jenis pohon yang disebut pohon lontarak (pohon
lontar). Daunnya disebut daun lontarak. Daun lontarak itu dahulu oleh
orang-orang Bugis dijadikan sebagai alat tulis yaitu tempat mencatatkan semua
peristiwa-peristiwa dan pandangan-pandangan penting yang pernah dialami dan dikemukakan
oleh orang-orang Bugis. Jadi lontarak ialah catatan-catatan yang ditulis orang
Bugis pada waktu yang telah lampau.
Lontarak
ialah catatan-catatan yang ditulis di atas daun lontar dengan menggunakan
alat-alat tajam. Keterangan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Drs.
Mattulada bahwa; Lontarak itu adalah
catatan-catatan yang aslinya yang ditulis di atas daun lontar dengan
menggunakan alat tajam, kemudian dibubuhi warna hitam pada bekas-bekas guratan
tanda tajam itu. Tanda-tanda bunyi yang dipergunakan disebut juga huruf
lontarak.
Prof.
A. Zainal Abidin Farid, SH mengatakan; Lontarak dalam arti luas meliputi segala
macam tulisan dengan aksara Bugis-Makassar, yang lazim disebut urupuk sulapa’
eppa, yakni huruf segi empatnya itu huruf orang-orang Bugis-Makassar yang
dipakai oleh mereka menulis mengenai pelbagai bidang.
Dari
keterangan-keterangan tersebut dapat diketahui bahwa lontarak itu ialah tempat
orang-orang Bugis mencatatkan pelbagai peristiwa dalam kehidupannya yang lahir
dan tumbuh serta berkembang di dalam masyarakat Bugis dahulu kala.
Setelah
kertas menggantikan daun lontarak itu sebagai alat untuk ditulis dengan
menggunakan pena tau lidi ijuk yang disebut kallang, maka itu pun disebut
lontarak.
Setelah
agama Islam tersebar di Sulawesi Selatan, para penulisnya mempelajarai huruf
Arab melalui Al Qur’an yang merupakan kitab yang wajib dibaca oleh setiap orang
Islam. Perkenalan dengan huruf Arab ini membawa perubahan dalam perlontarakan
di Sulawesi Selatan, yakni bertambahnya bentuk lontarak yang menggunakan huruf
Arab di samping lontarak yang menggunakan aksara Bugis. Bahkan setelah agama
Islam itu berpengaruh besar dalam masyarakat Bugis, orang-orang Bugis cenderung
menulis ajaran-ajaran Islam itu di dalam lontarak, sehingga ditemukan beberapa
lontarak yang isi seluruhnya dengan huruf dan atau bahasa Arab.
Dari
keterangan-keterangan tersebut di atas dapat dipahami bahwa yang disebut
lontarak tidak hanya catatan-catatan yang disalin dengan aksara Bugis di atas
daun lontarak, akan tetapi juga catatan-catatan yang ditulis dengan pena di
atas kertas, baik yang menggunakan aksara Bugis maupun yang menggunakan huruf
dan atau bahasa lain, khususnya bahasa Arab.
Seperti
telah dijelaskan bahwa dalam perkembangan pertama lontarak itu, aksara yang
dipergunakan ialah aksara Bugis. Akan tetapi aksara atau huruf lontarak ini
telah mengalami perubahan dalam perkembangannya. Oleh : Muhammad Tahir Sumber; Bugisbone.blogspot.com
Advertisemen