Advertisemen
Kala Soekarno Menginjak Bone
BUNG KARNO, Beliau
adalah salah satu The Founding Father Indonesia, Bapak Proklamator, Guru
Bangsa, Negarawan Paripurna dan masih banyak lagi alasan mengapa Bung Karno
patut dikenang.Untuk alasan kenang-mengenang masyarakat Bone secara khusus
punya kenangan tersendiri dengan Presiden Pertama Indonesia ini.
Ketika Bung Karno
datang ke Bone untuk pertama kalinya mengunjungi Kerajaan Bone diAwal tahun
1950 untuk bertemu dengan Raja Bone ke-32 H. Andi Mappanyukki, Ade Pitu
Kerajaan Bone dan Seluruh Rakyat Bone dengan satu tujuan mengajak Kerajaan Bone
untuk bergabung kedalam Negara kesatuan Republik Indonesia.
Seperti kebiasaan Bung
Karno kalau berpidato. Di Bone pun saat itu beliau berpidato di depan Raja
Bone, Ade Pitu kerajaan Bone dan rakyat Bone. Bung Karno berorasi politik
diatas sebuah meja kayu sebagai panggung dadakan. Tempat kejadian bersejarah
itu di gedung Ade' Pitu atau Dewan Adat Kerajaan Bone (Bola Subbi'e) segaligus
sebagai bekas Istana Raja Bone ke-XXXI Lapawawoi. Masyarakat Bone lebih
mengenalnya dengan sebutan ‘Bola SubbiE’ atau Rumah yang dihiasi dengan ukiran
khas Bone. Saat ini gedung bersejarah tersebut dijadikan gedung Perpustakaan
Daerah Kabupaten Bone.
Dalam foto hitam putih
itu terlihat Putra Sang Fajar melepas jas kebesarannya, kemejanya dilipat
sampai di bawah siku. Sebuah penampilan tak biasa bagi Bung Karno yang selalu
bangga dengan jas jenderal kebesarannya. Pertanyaan pun muncul apakah pada saat
itu cuaca Kerajaan Bone begitu panasnya yang memaksanya harus melepas jas
ataukah itu sebagai simbol bahwa dia tidak datang ke kerajaan Bone dengan nama
besarnya sebagai Presiden Indonesia tapi sebagai manusia sebangsa yang ingin
menggugah kesadaran persatuan bagi Kerajaan Bone.
Pemilihan tempat
pertemuan di Bola SubbiE merupakan sebuah perhitungan tersendiri. Mengapa harus
disitu? Bukan di istana Raja Bone H. Andi Mappanyukki. Karena Bola SubbiE
adalah bekas istana Raja Bone ke-31 Lapawawoi Karaeng Sigeri yang memiliki
nilai sejarah bagi Kerajaan Bone. Istana tersebut pernah dihancurkan oleh
penjajah Belanda ketika Rumpa'na Bone atau Perang Bone tahun 1905. Harapannya
dengan mengingatkan kembali kenangan tersebut kesadaran patriotisme dan
nasionalisme rakyat Bone akan semakin tergugah untuk mempertahankan
kemerdekaannya dalam bingkai persatuan nasional.
Sukarno mengawali
pidatonya dengan kata " Yang Mulia Raja Bone beserta Ade' Pitu atau Dewan
Adat kerajaan Bone beserta seluruhnya Rakyat Bone yang saya cintai ...".
Selanjutnya dia berterima kasih telah diperkenankan hadir di kerajaan Bone.
Pidatonya runtun dengan nada agak pelan namun tetap menggugah seluruh hadirin
yang ada pada saat itu.
Bung Karno memaparkan
pentingnya persatuan bagi seluruh rakyat dan kerajaan-kerajaan yang ada di
nusantara khususnya Kerajaan Bone. Jika kita bersatu padu dalam satu Negara
Kesatuan Indonesia maka yakinlah bahwa Imperialisme dan Kolonialisme dapat kita
singkirkan dari seluruh Bumi Nusantara. Kita sekalian akan bersatu-padu,
bergotong-royong memperkuat Indonesia kita tercinta yang merdeka, berdikari dan
sejajar dengan Negara-negara besar lainnya. Pesan persatuan inilah kemudian
yang berhasil menggugah Raja Bone dan Ade' Pitu kerajaan Bone beserta seluruh
rakyat Bone untuk bergabung kedalam Negara Kesatuan Indonesia.
Setelah kedatangan
Presiden Soekarno tersebut, tidak berselang lama pertemuan kedua diadakan di
Yogyakarta bertempat di Keraton Yogya. Kali ini pertemuan tersebut dihadiri
oleh Raja-raja se-nusantara termasuk Raja Bone Ke-32 H. Andi Mappanyukki, Datu
Luwu Andi Jemma, dan Raja Gowa Imangimangi.
Dalam pertemuan
tersebut dicapai kesepakatan bersejarah bahwa tiga kerajaan besar yang ada di
Sulawesi yakni Kerajaan Bone, Kerajaan Luwu, dan Kerajaan Gowa (tiga
kekuatan/kerajaan) menyatakan diri bersedia masuk dan bergabung ke dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Menindak lanjuti
kesepakatan ini maka Kerajaan Bone kemudian berganti status menjadi daerah
Swapraja yang dikemudian hari menjadi Kabupaten Bone hingga saat ini. Sejarah
pun mencatat H. Andi Mappanyukki sebagai Raja terakhir Kerajaan Bone sekaligus
sebagai Kepala Daerah Bone. (H. A. Mappanyukki Sultan Ibrahim MatinroE ri Gowa
(Kepala Daerah/Raja Bone) Tahun 1957-1960)
Jas Merah (Jangan
Sekali-sekali melupakan sejarah) kata Bung Karno suatu ketika. Karena itu,
Presiden Soekarno sangat pantas untuk selalu dikenang. Terlepas dari berbagai
kontroversi yang sampai saat ini masih tetap melingkupinya. Tahun 1967 diawal
masa kejatuhannya Putra Sang Fajar berujar : " Aku ini di puja bagai Bima
dan sekaligus di benci layaknya Bandit ". Sebuah kenyataan miris dari seorang
yang sangat mencintai Indonesia dengan setulus hati dan memperjuangkan
Kemerdekaan Bangsa kita layaknya berjihad.
Yang jelas, Satu
Kesimpulan baik suka maupun tidak, mengapa Presiden Soekarno akan selalu
dikenang untuk selamanya atau paling tidak selama Indonesia masih tetap tegak
berdiri dalam semesta peradaban dunia karena Bung Karno adalah salah satu
alasan Indonesia ada. Sumber; Teluk Bone
Advertisemen