Advertisemen
Ulasan Buku Arah Musim – Kurniawan Gunadi
Assalamualaikum Wr. Wb.
Langsung saja yah, Kawan. Jadi, alasan aku membeli buku ini karena
tertarik dengan sampulnya, kemudian dari
judul yang membuat aku kagum serta blurb yang meyakinkan aku untuk
memesan buku ini. Adapun spesifikasi buku ini, sebagai berikut;
Judul Buku : Arah Musim
Pengarang : Kurniawan Gunadi
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 184
Pengarang : Kurniawan Gunadi
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2019
Tebal Halaman : 184
Harga : Rp. 59.000
Ketika buku ini berada digenggaman. Aku sangat puas setelah kembali
menganalisa sampulnya, karena aku baru saja menemukan sebuah cap bahwa buku ini
adalah pemenang internasional excellence awards 2019. Aku semakin kagum.
Perasaan bahagia ketika aku
memulai membuka bungkusan. Dan aku langsung membacanya, tepat ketika selesai
shalat zuhur dan buku ini aku tamatkan sekitar beberapa menit akan masuknya
waktu shalat magrib. Aku betul-betul takjub membaca setiap kalimat yang
dirangkai oleh MasGun. Jujur saja, jika bukan karena waktu ashar mungkin aku
tidak akan mengambil jeda dalam membacanya. Meskipun minat baca saya sempat
kacau ketika sampai pada halaman 58 bagian “Rahasia.” Entahlah, mungkin ini
adalah bentuk kesialan atau Tuhan tidak mengizinkan aku untuk membaca bagian
ini. Iya, memang hanya satu halaman tapi sangat membuat kecewa sekaligus
penasaran.
Tapi, selain dari pada itu. Secara keseluruhan aku sangat menyukai buku
ini. Dari plot cerita memang diracik dengan sangat bagus dan mampu membuat aku
tersentuh. Disini aku sedikit merasakan bahwa MasGun memang berkarya dengan
hati. Meskipun pada awal-awal cerita membuat aku bingung hingga bertanya-tanya,
sebenarnya ini novel dengan bentuk seperti apa? Sangat tidak jelas, bagiku. Hanya
saja karena pergulatan bahasa yang diracik dengan baik sehingga aku tetap membacanya
dan ikut mengalir saja. Barulah ketika aku sampai pada bagian “Arah musim 2.” Disini,
aku mulai sedikit mengerti bahwa Wulan ini memang meliki tiga orang tua, yakni
Ayah, Ibu dan Mama. Ibu meninggal ketika telah melahirkan Wulan. Dan karena
dorongan keluarga sehingga Ayah menikah dengan Mama yang tidak lain adalah adik
kandung dari ibu. Sampai disini aku mulai bernafas legah.
Dan nafas legah ini menjadi haru ketika aku baru saja sampai pada bagian
“Arah musim 3” yang dimana, disini dijelaskan bahwa saat itu mama masih duduk
dibangku kelas 3 SMA yang baru saja terlibat cinta dengan lelaki baik bernama Adzan.
Namun kisah cinta itu harus terhenti tanpa pernah diungkapkan sama sekali,
bahkan kisah itu harus terkubur tepat setelah ujian nasional, ketika Rani
(mama) harus menggantikan posisi kakaknya. Yakni menjadi suami dari mas Dani,
sekaligus menjadi ibu dari Wulan. Huh! Bagian ini beberapa kali membuat nafasku
menjadi berat. Bahkan semakin berat lagi ketika aku sampai pada bagian “Arah
Musim 4” dimana bagian ini aku bisa katakan adalah bagian suara dari Adzan,
lelaki yang akan ditinggal nikah. Sebagai lelaki, aku lumayan merasakan
bagaimana kacaunya perasaan dan pikiran dari seorang Adzan. MasGun
mengutarakannya dengan apa adanya. Inilah yang membuat pembaca seperti aku ikut
terpukul. Begitupun pada bagian “Arah musim 5” dimana detik-detik Rani akan
menjadi istri dari mas Dani. Pada bagian ini selain membuat aku haru juga
membuat aku sadar bahwa pentingnya ikhlas dan berterus terang. Disini, aku
mengulang 2 kali membaca pada bagian “Segera pulang.” Menurutku, bagian ini
telah menjadi perwakilan atas sub-sub lainnya.
Maka dengan ucapan Hamdalah, akhirnya aku telah sampai pada
bagian “Arah musim 6” yang dimana, bagian ini Mama menceritakan semua kepada Wulan
perihal yang telah dilewatinya selama ini. Meskipun agak sidikit ragu, tapi beberapa
pertanyaan Wulan kepada Mama mampu menjadi perwakilan pertanyaanku sebelumnya. Aku
sangat puas membaca jawaban Mama yang awalnya menikah dengan Ayah karena sudah
terlanjur cinta dengan Wulan, juga sebenarnya Mama tidak mencintai Ayah namun
seiring berjalannya waktu akhirnya Mama mengakui cintanya.
Jadi, mungkin aku hanya mengulas sampai disini, berhubung aku masih
sangat pemula baik dalam membaca terlebih dalam mengulas bacaan.
Tentu ulasan yang aku buat ini tidak se-sederhana seperti yang ditulis
oleh MasGun dalam buku Arah Musim. Ada banyak kejutan dan pandangan yang
disampaikan oleh Masgun. Maka dari itu, melalui ulasan singkat ini aku
mengucapkan terimakasih banyak kepada MasGun atas segala wejangan yang telah
banyak mengisi kekosongan pembaca pemula seperti aku. Sekali lagi, terimakasih
banyak MasGun. (Ishak Ashari)
Advertisemen