Tanpa Tepi

Advertisemen

Tanpa Tepi

Aku masih penasaran tentang cara menulis yang baik dan benar padahal dibangku sekolah hampir setiap hari aku menulis bahkan sampai sekarang. Dibangku kuliah aku juga terus berusaha menciptakan maha karya berupa tulisan yang memukau. Sudah beberapa buku novel,  puisi dan cerpen yang kubaca. Semua mengesankan,  salah satu contohnya adalah tulisan AS. Laksana yang selalu membuatku tepuk tangan setelah membaca keabsurannya.  Terlebih lagi saat aku membaca tulisan Buya Hamka ,  Cak Nun ,  dan Gus Mus yang kesemua tulisannya sangat menawan tentang indahnya keislaman. Dan kesemua buku-buku itu masih tersusun rapi diatas rak lemari. 

Melihat lemari bagiku seperti melihat ingatan.  Mereka adalah dua objek yang sama-sama berfungsi untuk menyimpan.  Bedanya, lemari menyimpan pakaian sedangkan ingatan menyimpan kenangan. Tapi kali ini aku tidak mau bicara tentang kenangan.  Bagiku yang berlalu biarlah berlalu. Mulai hari ini aku hanya ingin memperbaiki diri.  Berusaha memperbaiki prilaku terhadap sesama dan terlebih kepada Tuhan juga terhadap lingkungan sekitar seperti menjaga kebersihan baik dilingkungan tempat tinggal atau di tempat liburan.

Bicara soal liburan saya juga sering berlibur dengan mendaki pegunungan Tanralili.  Jalur lintasan yang lumayan terjal dan tidak jarang juga kita berjalan dipinggir jurang.  Tapi saat sampai pada danau Tanralili disitulah kami sering mengucapkan syukur atas karuniah indah yang tuhan ciptakan.  Meminum air langsung dari pegunungan murni yang mengalir di sungai kecil mampu menyegarkan tenggorokan yang kering. 

Menikmati panorama danau Tanralili saat libur kuliah ternyata mampu kembali menyegarkan pikiran. Maka nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan. (Ishak Ashari)

Advertisemen