Advertisemen
Kata-Kata Majnun Untuk Laila
I
Aku melewati dinding ini, dinding Layla.
Dan saya mencium tembok ini dan dinding yang ini.
Bukan Cinta dari rumah-rumah yang telah mengambil hatiku.
Tapi Dia yang berdiam di rumah-rumah
II
“Malam penuh cinta bersama Layla adalah siang,
Hari-hari berlalu begitu cepat kala bersamanya
Bersama Layla, penjara adalah surga Firdausku
Begitupula Api adalah cahaya bagiku”
III
“Bila dekat rumah (Layla), aku merasa terbebani,
tetapi bila aku jauh darinya aku merasa sedih,
sehingga dekat maupun jauh tidak bahagia dan terus meronta.
Bila dia janji, cintaku kian menggebu menantinya,
bila tidak janji aku mati menanti janjinya,
sehingga jauh maupun dekat aku teringankan.
Namun, belum menyembuhkan apa yang kami rasakan,
sungguhpun demikian dekat dengannya lebih baik ketimbang jauh darinya.”
IV
“Mereka Jauhkan aku dari rumah Layla,
Hatiku pun mendampingi penghuni rumah itu,
Adakah jalan bagiku dan baginya menuju cinta
Andaikan semua air susu membeku untuk dituangkan.
Lantaran kasihnya lah, ia kan mencair dan mengalir untukku. ”
V
“Ingat wahai dokter, engkau pengobat badan!
Kasihanilah badan yang ditinggal kekasihnya,
Hanya cinta Layla obat hatiku yang merana, aku penuhi panggilanmu wahai penyeru,
kau panggil aku dengan lemparan batu, niscaya kupenuhi panggilanmu,
Jiwaku takkan meninggalkanmu lantaran penghinaanmu,
Tetapi hanya inilah yang badan mampu menanggungnya.”
VI
Kerabat dan handai- taulanku mencela
Karena aku telah dimabukkan oleh dia
Ayah, putera- putera paman dan bibik
Mencela dan menghardik aku
Mereka tak bisa membedakan cinta dan hawa nafsu
Nafsu mengatakan pada mereka, keluarga kami berseteru
Mereka tidak tahu, dalam cinta tak ada seteru atau sahabat
Cinta hanya mengenal kasih sayang
Tidakkah mereka mengetahui?
Kini cintaku telah terbagi
Satu belahan adalah diriku
Sedang yang lain ku berikan untuknya
Tiada tersisa selain untuk kami
Wahai burung- burung merpati yang terbang diangkasa
Wahai negeri Irak yang damai
Tolonglah aku !
Sembuhkan rasa gundah- gundah yang membuat kalbu tersiksa
Dengarkanlah tangisanku
Suara batinku
Waktu terus berlalu, usia makin dewasa
Namun jiwaku yang telah terbakar rindu
Belum sembuh jua
Bahkan semakin parah
Bila kami ditakdirkan berjumpa
Akan kugandeng lengannya
Berjalan bertelanjang kaki menuju kesunyian
Sambil memanjatkan doa- doa pujian kepada Allah SWT
Ya Raab, telah kujadikan dia
Angan- angan dan harapku
Hiburlah diriku dengan cahaya matanya
Seperti Kau hiasi dia untukku
Atau buatlah dia membenciku
Dan keluarganya dengki padaku
Sedang aku akan tetap mencintainya
Meski sulit aku rasa
Mereka mencela dan menghina diriku
Dan mengatakan aku hilang ingatan
Sedang dia sering terdiam mengawasi bintang
Menanti kedatanganku
Aduhai, betapa mengherankannya
Orang- orang mencela cinta
Dan menganggapnya sebagai penyakit
Yang meluluh- lantakan dinding ketabahan
Aku berseru pada singgahsana langit
Berikan kami kebahagiaan dalam cinta
Singkaplah tirai derita
Yang selalu membelenggu kalbu
Bagaimana mungkin aku tidak gila
Bila melihat gadis bermata indah
Yang wajahnya bak matahari pagi bersinar cerah
Menggapai balik bukit, memecah kegelapan malam
Keluarga berkata
Mengapakah hatinya wahai ananda?
Mengapa engkau mencintai pemuda
Sedang engkau tidak melihat harapan untuk bersanding dengannya
Cinta, kasih dan sayang telah menyatu
Mengalir bersama aliran darah di tubuhku
Cinta bukankah harapan atau ratapan
Walau tiada harapan, aku akan tetap mencintainya
Sungguh beruntung orang yang memiliki kekasih
Yang menjadi karib dalam suka maupun duka
Karena Allah akan menghilangkan
Dari kalbu rasa sedih, bingung dan cemas
Aku tak mampu melepas diri
Dari jeratan tali kasih asmara
Karena surga menciptakan cinta untukku
Dan aku tidak mampu menolaknya
Sampaikan salamku kepada dia,
wahai angin malam
Katakan, aku akan tetap menunggu
Hingga ajal datang menjelang
VI
Banyak orang berkata
Bersenanglah engkau dengan gadis lain
Itu adalah kata pelipur lara
Namun menjadi duri dalam hatiku
Kukatakan kepada mereka
Dengan air mata berderai
Dan hatiku hancur luluh
Sayap cinta telah memeluk
Dan membawa jiwaku terbang
Aku mencintai dia
Dan tidak tertarik pada gadis lain
Pandanganku telah tertunduk, dan mata terpejam
Kepada selain dia
Wahai kau pujangga
Ulurkan tanganmu
Untuk menyambut kekasihku
Kalbu penuh asmara
Kuberikan padamu
Mungkin engkau diberi dua gelas minuman
Satu gelas kebencian
Agar engkau melupakan diriku
Sedang satu gelas berisi anggur kesenangan
Agar engkau rela menerima orang lain sebagai gantiku
Duh kekasih
Kuingat dirimu
Jangan rusakkan hubungan
Yang orang lain selalu ingin menyempurnakannya
Kelak engkau akan melihat
Beda antara cinta dan nafsu
Sedang diriku pemuda, demi Allah
Tali kasih yang telah bersemi
Akan kusiram dan kupupuk
Agar cinta yang kau beri tetap terjaga selamanya
Dan aku haramkan atas diriku
Segala yang tidak engkau sukai
Aku akan selalu menjaga tali cinta kita
Walau kau tak disisiku
Namun aku yakin
Cintamu selalu hadir dihatiku
VII
Berlalu masa, saat orang- orang meminta
Pertolongan padaku
Dan sekarang, adakah seseorang penolong
Yang mengabarkan rahasia jiwaku pada dirinya?
Cinta telah membuatku lemah tak berdaya
Seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan harta
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatuan
Waktu terus berlalu
Dan bebatuan itu akan hancur
Berserak bagai pecahan kaca
Begitulah cinta yang kau bawa padaku
Dan kini hatiku telah hancur binasa
Hingga orang- orang memanggilku si dungu
Yang suka merintih dan menangis
Mereka mengatakan aku telah tersesat
Mana mungkin cinta akan menyesatkan
Jiwa mereka sebenarnya kering, laksana dedaunan diterpa panas mentari
Begitu cinta adalah keindahan yang membuatku tak bisa memejamkan mata
Pemuda manakah yang dapat selamat dari api cinta
Dan semua yang tampak dari manusia adalah kebencian
Namun cinta telah memberi kekuatan pada manusia
Orang-orang yang mencemooh hubungan kita
Sesungguhnya mereka tidak tahu, bahwa asmara tersimpan di dalam hati.
Layla telah dikurung, dan orang tuanya mengancamku
Dengan niat jahat lagi kejam, aku tidak bisa bertemu lagi
Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati padaku,
Bukan karena apapun juga, hanya karena aku
Mencintai Layla
Mereka menganggap cinta adalah dosa
Cinta bagi mereka adalah noda
Yang harus dibasuh hingga bersih
Padahal kalbuku telah menjadi tawanannya
Dan ia juga merindukanku
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang
Ia bagai ilham dari langit yang menerobos
Dan bersemayam dalam jiwa kami
Dan kini kami akan mati karena cinta asmara
Yang telah melilit seluruh jiwa
Katakan padaku, siapa orang yang bisa
Bebas dari penyakit cinta?
VIII
Wahai kau kekasihku
Berjanjilah pada keagungan cinta
Agar sayap cinta dapat terbang bebas
Melayanglah bersama cinta
Laksana anak panah menuju sasaran
Cinta tidak pernah membelenggu
Karena cinta adalah pembebas yang akan melepaskan buhul- buhul keberadaan
Cinta adalah pembebas dari segala belenggu
Walau dalam cinta, setiap gelas adalah kesedihan
Namun jiwa pecinta akan memberi kehidupan baru
Banyak racun yang harus kita teguk
Untuk menembah kenikmatan cinta
Atas nama cinta, racun yang pahit pun akan terasa manis
Bertahanlah kekasihku, dunia diciptakan untuk kaum pecinta
Dunia ada karena cinta
IX
Bila bulan purnama tenggelam
Ataukah matahari terlambat terbit
Maka cahaya wajahnya akan menggantikan sinarnya
Senyumnya bukan hanya terhenti di mulut
Namun menjadi cahaya dari sinar purnama seluruhnya
Rembulan dan matahari akan tersipu malu
Karena cahayanya tak sebanding
Dengan sinar matanya
Bila ia berkedip, maka bintang kejora akan menyembunyikan diri
Tidak akan lagi tercipta gadis seperti dia
Dan aku diciptakan hanya untuk dia
Kata- kata pujian yang dia ucapkan
Bagai sebutir pasir di gurun Sahara
Tak sebanding dengan kecantikannya
Karena segala pujian yang dimiliki manusia
Tak sebanding dengan pesonanya
Dia diberi nikmat, dengan segala kebaikannya
Bila ia hendak berjalan ke sebuah bukit
Maka seakan- akan bukit itu yang mendekat padanya
Karena sang bukit tidak ingin,
gadis secantik itu dihinggapi kelelahan
X
Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya
Aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia
Apabila disebut namanya
Hilanglah kekuatan jiwaku
Hatiku seperti sirna ditelan namanya
Demi Allah
Hampir saja aku gila karena memikirkannya
Makin lama dadaku sesak karena rindu
Kaumku mengecam
Jika aku tidak berhenti menyebut namanya
Maka darahnya akan tumpah membasahi Bumi
Bunuhlah aku dan biarkan dia
Setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia
Cukup apa yang ia derita karena cinta
Mungkin ia akan menuduhku tak setia dengan janji
Dan aku tidak mampu mencegahnya
Ku campur tinta dengan air mataku
Untuk menulis surat padanya
Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya
Aku khawatir jika ajalku tiba
Tak dapat memandang wajahnya
XI
Jiwa orang yang dimabuk cinta
Akan merasa sakit karena rindu
Sebab pecinta ingin selalu bersama
Tapi halangan tiada akan henti- henti
Pecinta seperti dua ekor kijang di bukit tandus
Walau tiada makanan, tetapi tetap bersama
Atau seperti burung merpati
Walau terbang bebas di angkasa luas
Tetap saja kembali pada kekasihnya
Atau laksana ikan tuna
Tetap tabah walau dipermainkan ombak
Timbul tenggelam di laut
Walau selalu dicaci dan dicela
Batin menjerit tubuh binasa
Meski lapar dan disia- siakan
Namun jiwa pecinta akan selalu memaafkan
Pecinta tidak membutuhkan pujian
Dan pengorbanan pecinta tidak akan sia- sia
Kulihat bintang kutub dan bintang kejora
Dimana pula cinta
Sekecil apapun, cinta tetap berkuasa di singgahsana hati
Dan bagi pecinta
Kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya
Karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan
Jiwaku dan jiwanya akan tetap bersama
Andaipun tidak di dunia
Pasti jiwa kami akan bersatu di liang lahat
Dan kelak akan dibangkitkan bersama
Hingga dapat bersatu selama-lamanya
Mataku berkurban untuknya
Dengan segenap curahan air mata
Berharap liang lahatnya adalah liang lahatku
Agar janazah kita bersatu
XII
Apakah yang sedang mengalir dalam jiwaku ini?
Siapa yang sedang memandangku?
Wahai bunga mawar itu telah dicabut dari taman hatiku
Untuk menjadi penghias taman yang lain
Namun tidak mungkin menjadi layu
Wahai engkau, aku lelah dimabukkan oleh rasa cinta
Mana mungkin aku menolak kenikmatan ini
Duduklah di rumpun palem ini
Agar dapat kunikmati manisnya anggur cintamu
Wahai kemanakah engkau saat aku merana
Terusir dan kehilangan dirimu?
Hidup hanya menjalar sesaat diuratku
Dan bukan menjadi milikmu
Sejak harapan tidak tersenyum lagi padaku
Aku hanya bisa meratap
Mengenang dan menyesali masa lalu
Aku berteman derita dan hinaan
Kedukaan tersenyum padaku, dan aku tersenyum padanya
Sedang kedukaan membuat engkau ketakutan
Padahal engkau yang telah menciptakannya
Diriku selalu diliputi kesengsaraan
Semenjak engkau mereguk kebahagiaan
Advertisemen