Advertisemen
Oleh :
Ishak Ashari
Cairan
juga kerinduan
Butiran
juga kesunyian
Membahasahi
juga melukai
Menyirami
juga memberi arti
Mata sendu
Hati mengadu
Akal meroda
Pikiran melangkah
Mata sendu
Hati mengadu
Akal meroda
Pikiran melangkah
Rintiknya
menghipnotis mata sendu
Membasahi
secerca ingatan penuh pilu
Hujan...
Ku Lelah dengan kesedihan
Adakah secerca harapan kegembiraan?
Ataukah sepercik buih kesenangan.?
Hujan...
Ku Lelah dengan kesedihan
Adakah secerca harapan kegembiraan?
Ataukah sepercik buih kesenangan.?
Kini aku
memandangmu
Kau asik
berkejar kejaran
Dari awan
turun ke tanah
Asik
menari bernyanyi diatap rumah
Kini aku memandangmu
Kau hanya Cairan yang begitu rapuh
Dihempas kesegala sisi
Tapi nyatanya kau masih asik menari
Kini aku memandangmu
Kau hanya Cairan yang begitu rapuh
Dihempas kesegala sisi
Tapi nyatanya kau masih asik menari
Bisakah
aku membandingkan diriku dengan kau.?
Kau tidak
berperasaan
Kau tidak
punya nafsu
Kau tidak
punya akal
Lantas
mengapa kau menamparku dengan siramanmu
Hujan...
Inikah teguranmu yg tidak berperasaan.?
Nyatanya, Kau punya amarah dikala emosi
Kau punya kasih sayang untuk mensucikan bumi
Gerimismu menjadi instrumen rasa dalam hati
Hujan...
Inikah teguranmu yg tidak berperasaan.?
Nyatanya, Kau punya amarah dikala emosi
Kau punya kasih sayang untuk mensucikan bumi
Gerimismu menjadi instrumen rasa dalam hati
Hujan...
Inikah
teguranmu yang tidak bernafsu.?
Nyatanya,
Ku lihat kau asik bersenggama dengan kawanmu
Bahkan
bumipun tengah menikmati pemerkosaanmu
Juga
daun-daunpun menanti akan ciumanmu
Hujan...
Inikah teguranmu yang tidak berakal.?
Nyatanya, kau begitu cerdas mengatur tempo rintikmu
Juga kau begitu cerdas menyusun antrianmu
Sampai aku menulis puisi ini, mataku masih dalam hipnotismu
Hujan...
Inikah teguranmu yang tidak berakal.?
Nyatanya, kau begitu cerdas mengatur tempo rintikmu
Juga kau begitu cerdas menyusun antrianmu
Sampai aku menulis puisi ini, mataku masih dalam hipnotismu
Oh,
maaf hujan
Kau
begitu suci untuk kubahasakan
Advertisemen