Advertisemen
Laila dan
Majnun, Kisah Cinta Paling Memilukan yang Pernah Terjadi dalam Sejarah Manusia
Ada
sebuah kisah legenda dari tanah Arab yang begitu mahsyur hingga dikisahkan
secara turun-temurun dan telah dialih bahasakan ke dalam berbagai bahasa
lainnya. Kisah ini bernama Laila dan Majnun, sepasang kekasih penjalin kisah
cinta abadi yang berakhir tragis.
Kisah
ini sebetulnya sudah dikenal di Persia (nama lawas Iran) pada abad ke-9. Namun,
kisah cinta ini baru populer setelah dirangkai indah oleh seorang pujangga yang
sama-sama asal Persia di abad ke-12 bernama Nizami Ganjavi. Oleh karena itu,
terdapat berbagai versi yang ditulis ulang oleh para penulis lainnya.
Salah
satu versi dari kisah mengharukan ini dapat kamu simak sebagai berikut.
Awal mula
pertemuan sepasang kekasih
Ada
seorang lelaki muda bernama Qays. Ia bukan siapa-siapa. Bukan lelaki kaya lagi
berasal dari keluarga terhormat. Suatu hari, ketika sedang mengenyam pendidikan
di suatu sekolah agama, ia bertemu seorang gadis bernama Laila. Dan pada detik
itu juga, ia jatuh cinta pada gadis tersebut. Sebagai bentuk rasa cintanya,
Qays tak dapat mepersembahkan apapun selain puisi-puisi indah.
Gayung
bersambut, Laila yang terkagum pada puisi Qays, menaruh perasaan yang sama
terhadapnya. Qays yang tergila-gila pada Laila terus-menerus menulis puisi yang
memuji dan mengagungkan sosok menawan gadis tersebut. Ia tak segan membacakan
puisi tersebut di sudut-sudut jalan. Tak peduli pada orang lain yang
mengacuhkannya. Namun, tidak seperti saat ini, pada zaman dahulu, cinta
mengenal sekat.
Jalinan
cinta suci mereka tak direstui oleh orang tua Laila
Laila
adalah seorang gadis cantik yang terlahir dari keluarga terpandang. Sebagai
putri dari seorang kaya raya, tentu Laila diharapkan dapat dipersunting oleh
lelaki dengan kedudukan setara sehingga ia bisa hidup dalam gelimangan harta
dan kekayaan. Namun, cinta yang dimiliki Laila adalah cinta suci yang hanya
akan ia persembahkan kepada lelaki yang sungguh-sungguh ia cintai. Dan ia telah
menemukan sosok tersebut dalam diri Qays.
Begitu
usia mereka sudah matang, Qays, yang dijuluki Majnun atau “gila” oleh
orang-orang lantaran ketergila-gilaannya terhadap Laila memberanikan diri untuk
meminta restu ayah Laila. Hasilnya sudah dapat ditebak, ayah Laila menolak
mentah-mentah. Ayahnya beralasan bahwa jika pernikahan itu terjadi, kehormatan
keluarganya akan tercoreng.
Majnun
yang terkejut mendengarnya, tak kuasa menahan kesedihan. Majnun yang tengah
putus asa kemudian meninggalkan rumah dan keluarganya. Ia memutuskan untuk
tinggal di padang belantara yang dipenuhi hewan-hewan buas. Di sanalah ia
menjalani hidup pengasingan dan kesendirian. Dalam keterpurukannya, ia tak
henti-hentinya menulis puisi yang berkisah tentang kekasih pujaannya tersebut.
Sang
pujaan terpaksa menyambung tali pernikahan dengan pria lain
Di
sisi lain, Laila dipaksa oleh orang tuanya untuk menikahi pria lain. Pria itu
bernama Ibnu Salam yang datang langsung melamar Laila. Meski hatinya menolak,
namun Laila terpaksa mengiyakan karena tak tega membawa aib bagi keluarganya.
Sepanjang
hidupnya, Ibnu Salam tak pernah sekalipun berhasil menyentuh Laila. Apalagi
menjamah kesucian Laila. Meski tetap menjalani peran sebagai istri yang baik
dan patuh terhadap suaminya, wanita tersebut tak pernah sekalipun merelakan tubuhnya
kepada pria tersebut.
Berita
menyakitkan ini lambat laun sampai juga ke telingan Qays si Majnun. Sudah
barang tentu hatinya semakin tersayat mendengar kabar ini. Sejak saat itu ia
memutuskan untuk menjauh dari peradaban dan menghabiskan sisa waktunya
sendirian di pedalaman hutan.
Hari-harinya
hanya ditemani oleh hewan-hewan liar yang secara ajaib kerap berkumpul di
dekatnya, khususnya manakala cuaca sedang sangat tak bersahabat. Beberapa
pelancong dari negeri sebrang pernah melihat dirinya ketika mereka tengah
bepergian dari dan ke dalam kota. Ketika menulis puisi, Majnun hanya
bersenjatakan dahan kayu dan menulisnya di atas pasir.
Kabar duka
kepergian orang tua semakin menjatuhkan Majnun ke dalam keterpurukan
Bertahun-tahun
kemudian, kedua orang tua Majnun meninggal. Mengetahui hal ini, Laila berniat
mengirimkan kabar tersebut kepada Majnun. Ia menemukan seorang pria tua yang
mengklaim sering melihat Majnun di gurun pasir. Melihat Laila memohon
sesenggukan, pak tua akhirnya menyetujui permintaan Laila.
Suatu
hari, ketika pria tua tersebut kembali menemukan Majnun, ia pun memberitahukan
kabar duka ini. Tersiksa, terpuruk dan menyesal mendengar kabar kepergian orang
tuanya, Majnun kemudian bersumpah untuk menghabiskan seluruh sisa hidupnya di
padang gurun ini.
Beberapa
tahun setelahnya, suami Laila meninggal. Meski tengah dirundung duka, wanita
tersebut tetap berharap ia dapat berjumpa dan bersatu dengan cinta sejatinya,
selamanya. Sayang, takdir tak berkata demikian.
Akhir
kisah tragis dua sejoli yang tak diperkenankan takdir untuk hidup bersama
Dalam
tradisi sukunya, Laila diwajibkan untuk berkabung atas kepergian suaminya
selama dua tahun penuh tanpa menemui orang lain sekalipun. Mengetahui hal
tersebut, Laila menangis. Ia tak terima jika harus menunggu dua tahun lagi
lamanya untuk dapat bertemu dengan sang pujaan hatinya. Ia sudah sangat
tersiksa setelah harus dipisahkan bertahun-tahun lamanya. Laila pun menyerah
pada kehidupan. Ia meninggal akibat sakit hati yang tak tersembuhkan, sendirian
di masa perkabungan tanpa mampu menemui Majnun yang ia cintai.
Kabar
kematian Laila pada akhirnya sampai juga terdengar oleh Majnun. Sesaat setelah
mendengar kabar tersebut, ia langsung pergi menuju tempat dimana Laila
dikuburkan. Di sana ia habiskan waktunya dengan menyesal dan menangisi Laila,
sosok pujaan yang harus ia relakan pergi untuk selama-lamanya. Ia pun meninggal
dunia dengan damai dan jasadnya tergeletak tepat di pinggir makam Laila. Ketika
kerabat Laila datang untuk berziarah ke makam Laila, mereka mengetahui bahwa
sosok di sampingnya adalah Qays yang dulu dicintai oleh Laila. Qays si Majnun
pun dikubur di samping Laila. Konon, ruh mereka bersatu dalam dunia yang abadi.
Begitulah,
kisah cinta Laila dan Majnun yang harus berakhir tragis dan memilukan. Namun,
kisah perjuangan mereka dalam menjaga kesucian cinta bagi satu sama lain akan
terus abadi dan selalu dikenang terutama oleh insan-insan manusia yang mencari
cinta suci dari kekasih sejati.
Sumber;
Bombastis.com
Advertisemen