Advertisemen
Dramaturgi
Seni Teater
Kata
drama dalam Herman J Waluyo (2002) berasal dari bahasa Yunani yaitu dramoai
yang berarti berbuat, berlaku, beraksi,
bertindak dan sebagainya, dan “drama” berarti : perbuatan, tindakan. Drama turgi adalah ajaran tentang masalah hukum, dan konvensi/ persetujuan drama.
Teater merupakan kisah kehidupan manusia
yang disusun untuk ditampilkan sebagai pertunjukkan di atas pentas oleh para
pelaku dengan dan ditonton oleh publik (penonton).
Teater
sebagai sebuah seni pertunjukan tidak terlepas dari aspek tanda dan simbol
kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang merupakan bahan penciptaan bagi penulis maupun pekerja seni
teater lainnya akan membangun karya seni pertunjukan penuh dengan tanda dan
simbol-simbol kehidupan. Tanda dan simbol yang sifatnya universal tersebut
diyakini sebagai dasar dari komunikasi
teater.
John
Powers, dalam Littlejohn (1995) menegaskan bahwa yang paling penting dalam
komunikasi adalah pesan. Menurut Powers, pesan
memiliki tiga unsur yaitu: tanda
dan simbol, bahasa, dan wacana. Teater sebagai sebuah karya seni pertunjukan
akan mengangkat pesan tentang kehidupan, tentang norma, tentang kebaikan,
keburukan, kejahatan, dan berbagai watak karakter manusia untuk ditampilkan di
atas panggung.
Simbol-simbol
dari penulis naskah yang dibawakan oleh aktor melalui interpretasi sutradara
berfungsi untuk mengomunikasikan konsep, gagasan umum, pola, atau bentuk.
Konsep disebut makna yang dipegang bersama antara para komunikator, tetapi masing-masing komunikator juga akan memiliki
kesan atau makna pribadi yang mengisi gambaran umum tersebut. Kesan pribadi merupakan konsepsi orang
tersebut. Makna terdiri atas konsepsi pribadi individu dan konsep umum yang dipegang
bersama-sama dengan orang-orang lain.
Tokoh
atau pelaku dalam sebuah cerita menunjuk pada orangnya atau pelakunya.
Sedangkan lakuan akan berkaitan dengan bagaimana tokoh tersebut berlaku atau
berperilaku, menunjuk pada sifat sehingga bisa juga disebut watak, perwatakan,
dan karakter (Burhan Murgiyanto: 2005)
Pertunjukan
teater baik tradisional maupun modern akan menggunakan spectakle-spectskle musik. Musik dalam seni pertunjukan teater
pada umumnya menjadi bagian kedua atau hanya berfungsi sebagai elemen
pendukung. Musik tidak hanya digunakan sebagai ilustrasi tetapi juga sebagai
pembangun suasana, sebagai pengiring gerak (tari), yang berjalan beriringan,
saling mengisi dan saling menguatkan.
Musik
diaransemen sebagai bunyi-bunyian yang melekat dengan karakter tokoh yang akan
hadir dalam pertunjukan. Bunyi dalam teater dikategorikan menjadi bunyi alami,
atau bunyi-bunyi alam, bunyi perangkat atau alat mesin, sperti mobil, mesin
pabrik dsb, dan bunyi yang dikarenakan adanya aksi tertentu seperti bunyi meja
ditendang, batu dilempar dsb (Nur Sahid: 2004). Bunyi-bunyi tersebut diolah
dengan menggunakan alat-alat musik untuk menghasilkan efek suara yang mendukung
lakuan aktor dan spectakle pemanggungan.
Musik
dalam pertunjukan teater juga dipahami sebagai lagu dan atau tembang. Musik
dalam hal ini mengacu pada fungsi praktisnya, menunjuk secara spesifik pada
situasi sosial masyarakat pendukungnya. Disamping itu musik juga sebagai
penanda peristiwa yang akan menjadi konteks pertunjukan teater. Musik dalam pertunjukan
teater dimainkan secara live (hidup-langsung) sebagai bagian kesatuan
pertunjukan.
Advertisemen